Thursday 5 November 2015

Nilai-Nilai Hakiki Kehidupan oleh Mahatma Gandhi





Oleh : Dewi Sartika,


Kenalkah kita dengan tokoh yang satu ini: “Mahatma Gandhi”??, dialah dengan nama lengkap Mohandas Karamchand Gandhi. Adapun Mahatma yang ada di depan namanya tersebut adalah panggilan kehormatan
yang artinya “jiwa yang agung”. Dia lahir tanggal 2 Oktober 1869 di Porbandar, sebuah kota keci di Gujarat, India Barat. Ayahnya Karamchand Gandhi, menjadi perdana menteri di Porbandar. Ibunya Putlibai, seorang ibu rumah tangga dan wanita yang taat beribadah (Francis Alappatt, 2005: 3).
Dalam agama Hindhu, masyarakat terbagi dalam empat tingkatan (dikenal dengan sebutan “kasta), yakni: tingkatan pertama dan tertinggi yang terdiri dari para pendeta yakni disebut dengan “Brahmana”, yang kedua golongan yang terdiri dari para bangsawan (konglomerat) dan tentara itulah yang disebut “Ksatria”, yang ketiga para pedagang dan kelas menengah dinamakan “Waisya”, dan terakhir kasta yang terdiri dari para buruh, petani, dan masyarakat biasa disebut dengan “Sudra”. Nah, Gandhi sendiri tergolong dari kasta Waisya (Francis Alappatt, 2005: 4).
Sesuai dengan tradisi lokal tempat Gandhi dibesarkan, dia menikah di usia yang sangat muda, 12 tahun, yang berlangsung tahun 1881. Isterinya sepantaran dengan Gandhi, yang sebenarnya mereka sudah bertunangan semenjak masih berusia tujuh tahun (Francis Alappatt, 2005: 4).
Jenjang pendidikannya dimulai dari tahun 1876 di sekolah dasar, dan melanjutkan ke sekolah menengah yang total pendidikan yang dia tempuh selama 11 tahun. setelah ayahnya meninggal tahun 1885, dia melanjutkan pendidikannya ke Samaldas College, Bhavnagar tahun 1887. Pada pertengahan jalan dia memutuskan untuk pindah ke Inggris guna menempuh studi di Fakultas Hukum yakni di Inns of Court, Inner Temple yang dia tempuh selama 3 tahun. Setelah lulus sebagai pengacara tahun 1891, dia pulang kampung yakni ke India (Francis Alappatt, 2005: 5-6)
Itulah sekilas perkenalan dengan riwayat singkat tokoh kita “Mahatma Gandhi”. Sekarang kita masuk pada pembahasan inti tentang nilai-nilai hakiki kehidupan yang ditawarkan oleh Mahatma Gandhi pada kita semua, mari kita simak bersama.
Nilai yang pertama itu adalah “Truth” artinya kebenaran. Mengutip apa yang sudah diungkapkan oleh Gandhi sebagai berikut:
“Bagi saya, kebenaran adalah prinsip tertinggi, yang di dalamnya mencakup berbagai prinsip lainnya. Hal ini tidak sekedar terkait dengan kebenaran yang tercermin dalam kata-kata saja. Tetapi, kebenaran itu juga harus melekat pada pemikiran. Tidak hanya terkait pada kebenaran relatif menurut kosepsi kita, tetapi tertuju pada kebenaran absolut, prinsip abadi, yaitu Tuhan... tetapi saya menyembah Tuhan yang satu yaitu kebenaran. Saya memang belum pernah menjumpai Dia, tetapi saya akan selalu mencari Dia. Saya telah mempersiapkan diri untuk mengorbankan hal-hal yang paling saya cintai demi mencapai apa yang saya rindukan dalam pencarian ini. Bahkan dalam pencarian itu menuntut pengorbanan jiwa dan kehidupan saya, saya berharap saya telah siap dan bisa memberikan pengorbaanan itu (Francis Alappatt, 2005: 56-57)”.
Nilai yang kedua adalah Ahimsa (non-violence), maksudnya adalah anti kekerasan. Ahimsa adalah ajaran klasik dari agama Hindhu yang menekankan pada penolakan atau pengindaran secara total terhadap segala keinginan, kehendak, atau tindakan yang mengarah pada bentuk penyerangan atau melukai. Dalam bentuk positifnya ahimsa adalah “cinta”, karena hanya dengan cinta segala kekerasan dapat diredam dan dilenyapkan dari dalam diri kita.
Nilai yang ketiga adalah semangat berkorban dan melayani, dengan ungkapan Gandhi sebagai berikut:
“Manakala saya mendapati diri saya ini betul-betul tengah larut dalam tugas pelayanan terhadap masyarakat, motivasi paling kuat yang mendasari hasrat saya adalah keinginan untuk mewujudkan kesadaran diri (self realisation). Saya telah menjadikan agama sebagai semangat pengorbanan dan pelayanan itu sendiri, sebagaimana saya menyadari bahwa Tuhan bisa dicapai hanya melalui jalan pengorbanan dan pelayanan terhadap sesama (Francis Alappatt, 2005: 69)”.
Nilai terakhir yang ditawarkan oleh Gandhi adalah “toleransi beragama”. Prinsip yang dipahami oleh Gandhi adalah bahwa di dunia ini hanya ada satu agama yang sempurna, sebagaimana dia memahami keesaan Tuhan. Tetapi, realitas mengatakan bahwa pikiran kita menerima dan memahami Tuhan Yang Esa dan penyembahan terhadap Dia dilakukan dengan berbagai cara yang berbeda. Hal tersebut melahirkan perbedaan-perbedaan dalam hal keyakinan dan agama. Manusia itu sendiri adalah makhluk yang tidak sempurna, demikian halnya dengan agama dan keyakinan yang dianutnya, itu juga tidak sempurna. Oleh karena itu, dalam ketidak sempurnaan pemahaman ini pasti muncul kemungkinan menginterpretasikan kembali sebuah agama (Francis Alappatt, 2005: 69)
Dari keempat nilai kehidupan yang ditawarkan oleh Gandhi di atas, bisa kita bingkai dalam khazanah pengetahuan Islam yang mana juga mengajarkan keempat hal yang mulia di atas yakni: kebenaran (yang dikenal dengan istilah al-Haq), anti kekerasan (yang dikenal dengan sikap lemah-lembut terhadap sesama), semangat berkorban dan melayani (dikenal dengan istilah jihad dan ikhlas berkorban), dan yang terakhir toleransi beragama (yang mana Islam tidak pernah memaksa siapapun untuk memeluk Islam) sesuai dengan firman-Nya Q.S. 2: 256.
Sumber: Francis Alappatt, “Mahatma Gandhi (prinsip, hidup, pemikiran politik, dan konsep ekonomi)”, Bandung: Nusamedia, Cet., Ke-1, September 2005.



Tulisan yang dimuat adalah sepenuhnya milik penulis  risalah-online, bukan merupakan pernyataan dari risalah-online

1 comment: