Oleh : Dewi Sartika,
Kenalkah kita
dengan tokoh yang satu ini: “Mahatma Gandhi”??, dialah dengan nama lengkap
Mohandas Karamchand Gandhi. Adapun Mahatma yang ada di depan namanya tersebut
adalah panggilan kehormatan
yang artinya “jiwa yang agung”. Dia lahir tanggal 2
Oktober 1869 di Porbandar, sebuah kota keci di Gujarat, India Barat. Ayahnya
Karamchand Gandhi, menjadi perdana menteri di Porbandar. Ibunya Putlibai,
seorang ibu rumah tangga dan wanita yang taat beribadah (Francis Alappatt,
2005: 3).
Dalam agama
Hindhu, masyarakat terbagi dalam empat tingkatan (dikenal dengan sebutan
“kasta), yakni: tingkatan pertama dan tertinggi yang terdiri dari para pendeta
yakni disebut dengan “Brahmana”, yang kedua golongan yang terdiri dari para
bangsawan (konglomerat) dan tentara itulah yang disebut “Ksatria”, yang ketiga
para pedagang dan kelas menengah dinamakan “Waisya”, dan terakhir kasta yang
terdiri dari para buruh, petani, dan masyarakat biasa disebut dengan “Sudra”.
Nah, Gandhi sendiri tergolong dari kasta Waisya (Francis Alappatt, 2005: 4).
Sesuai dengan
tradisi lokal tempat Gandhi dibesarkan, dia menikah di usia yang sangat muda,
12 tahun, yang berlangsung tahun 1881. Isterinya sepantaran dengan Gandhi, yang
sebenarnya mereka sudah bertunangan semenjak masih berusia tujuh tahun (Francis
Alappatt, 2005: 4).
Jenjang
pendidikannya dimulai dari tahun 1876 di sekolah dasar, dan melanjutkan ke
sekolah menengah yang total pendidikan yang dia tempuh selama 11 tahun. setelah
ayahnya meninggal tahun 1885, dia melanjutkan pendidikannya ke Samaldas
College, Bhavnagar tahun 1887. Pada pertengahan jalan dia memutuskan untuk
pindah ke Inggris guna menempuh studi di Fakultas Hukum yakni di Inns of
Court, Inner Temple yang dia tempuh selama 3 tahun. Setelah lulus sebagai
pengacara tahun 1891, dia pulang kampung yakni ke India (Francis Alappatt,
2005: 5-6)
Itulah sekilas
perkenalan dengan riwayat singkat tokoh kita “Mahatma Gandhi”. Sekarang kita
masuk pada pembahasan inti tentang nilai-nilai hakiki kehidupan yang ditawarkan
oleh Mahatma Gandhi pada kita semua, mari kita simak bersama.
Nilai yang
pertama itu adalah “Truth” artinya kebenaran. Mengutip apa yang sudah
diungkapkan oleh Gandhi sebagai berikut:
“Bagi saya,
kebenaran adalah prinsip tertinggi, yang di dalamnya mencakup berbagai prinsip
lainnya. Hal ini tidak sekedar terkait dengan kebenaran yang tercermin dalam
kata-kata saja. Tetapi, kebenaran itu juga harus melekat pada pemikiran. Tidak
hanya terkait pada kebenaran relatif menurut kosepsi kita, tetapi tertuju pada
kebenaran absolut, prinsip abadi, yaitu Tuhan... tetapi saya menyembah Tuhan
yang satu yaitu kebenaran. Saya memang belum pernah menjumpai Dia, tetapi saya
akan selalu mencari Dia. Saya telah mempersiapkan diri untuk mengorbankan
hal-hal yang paling saya cintai demi mencapai apa yang saya rindukan dalam
pencarian ini. Bahkan dalam pencarian itu menuntut pengorbanan jiwa dan
kehidupan saya, saya berharap saya telah siap dan bisa memberikan pengorbaanan
itu (Francis Alappatt, 2005: 56-57)”.
Nilai yang kedua
adalah Ahimsa (non-violence), maksudnya adalah anti kekerasan. Ahimsa adalah
ajaran klasik dari agama Hindhu yang menekankan pada penolakan atau pengindaran
secara total terhadap segala keinginan, kehendak, atau tindakan yang mengarah
pada bentuk penyerangan atau melukai. Dalam bentuk positifnya ahimsa adalah
“cinta”, karena hanya dengan cinta segala kekerasan dapat diredam dan
dilenyapkan dari dalam diri kita.
Nilai yang
ketiga adalah semangat berkorban dan melayani, dengan ungkapan Gandhi sebagai
berikut:
“Manakala saya
mendapati diri saya ini betul-betul tengah larut dalam tugas pelayanan terhadap
masyarakat, motivasi paling kuat yang mendasari hasrat saya adalah keinginan untuk
mewujudkan kesadaran diri (self realisation). Saya telah menjadikan
agama sebagai semangat pengorbanan dan pelayanan itu sendiri, sebagaimana saya
menyadari bahwa Tuhan bisa dicapai hanya melalui jalan pengorbanan dan
pelayanan terhadap sesama (Francis Alappatt, 2005: 69)”.
Nilai terakhir
yang ditawarkan oleh Gandhi adalah “toleransi beragama”. Prinsip yang dipahami
oleh Gandhi adalah bahwa di dunia ini hanya ada satu agama yang sempurna,
sebagaimana dia memahami keesaan Tuhan. Tetapi, realitas mengatakan bahwa pikiran
kita menerima dan memahami Tuhan Yang Esa dan penyembahan terhadap Dia
dilakukan dengan berbagai cara yang berbeda. Hal tersebut melahirkan
perbedaan-perbedaan dalam hal keyakinan dan agama. Manusia itu sendiri adalah
makhluk yang tidak sempurna, demikian halnya dengan agama dan keyakinan yang
dianutnya, itu juga tidak sempurna. Oleh karena itu, dalam ketidak sempurnaan
pemahaman ini pasti muncul kemungkinan menginterpretasikan kembali sebuah agama
(Francis Alappatt, 2005: 69)
Dari keempat
nilai kehidupan yang ditawarkan oleh Gandhi di atas, bisa kita bingkai dalam
khazanah pengetahuan Islam yang mana juga mengajarkan keempat hal yang mulia di
atas yakni: kebenaran (yang dikenal dengan istilah al-Haq), anti kekerasan (yang
dikenal dengan sikap lemah-lembut terhadap sesama), semangat berkorban dan
melayani (dikenal dengan istilah jihad dan ikhlas berkorban), dan yang terakhir
toleransi beragama (yang mana Islam tidak pernah memaksa siapapun untuk memeluk
Islam) sesuai dengan firman-Nya Q.S. 2: 256.
Sumber: Francis
Alappatt, “Mahatma Gandhi (prinsip, hidup, pemikiran politik, dan konsep
ekonomi)”, Bandung: Nusamedia, Cet., Ke-1, September 2005.
Tulisan
yang dimuat adalah sepenuhnya milik penulis risalah-online, bukan merupakan
pernyataan dari risalah-online
Mahatma Gandhi is inspiration in my life....
ReplyDelete