Monday, 23 May 2016

Welcome Sufi Berdasi (Hikmah Perjalanan)




Oleh : Devilla Indrayenti
 
Sekitar pertengahan  bulan April saya dan teman mengunjungi kota Jakarta untuk mengikuti salah satu seminar pelatihan, jam keberangkatan saya dari Bandara International Minangkabau adalah pukul 17.50 wib sampai di Bandara Soekarno Hatta adalah pukul 20.00 wib. Ada hikmah menarik yang saya ambil dari setiap kejadian-kejadian yang saya alami selama diperjalanan.

Pertama, Semangat kagum saya kepada sosok Bapak yang berada disamping saya ketika di pesawat. Nampaknya beliau sudah berumur 50 lebih, nampak dari perawakannya beliau adalah seorang dosen atau direktur perusahaan. Karena jam penerbangan saya adalah malam, banyak para penumpang menghabiskan waktunya dengan tidur. Tapi, MasyaAllah si bapak berdasi, awalnya beliau sudah meletakkan tas nya di bagasi atas, namun sebelum pesawat landing beliau mencoba membuka bagasi dan mengambil buku dalam tasnya, hal tersebut diketahui pramugari, dan segera pramugari membantu beliau, sambil menoreh seraya berkata kepada saya yang duduk disampingnya “ saya tidak mau menghabiskan waktu 1,5 jam dengan tidur ”. Saya sambil tertawa ringan melihat semangat beliau, untung saja saya sudah menyiapkan buku bacaan di atas pesawat sebelum landing

Maha besar Allah yang telah memberi hikmah kepada saya, semangat itu tidak mengenal umur, bahkan bisa kita temukan orang yang lebih tua semangatnya lebih membara dari pada anak muda. Hikmah memang berada dimana-mana, tinggal kita memilih mengambil yang mana. Awalnya saya berpikiran akan tidur selama perjalanan, tapi saya lebih tertarik mengambil hikmah dari bapak hebat ini. Diantara kursi-kursi yang lain hanya kursi saya dan si bapak berdasi yang hidup lampu bacanya, selebihnya gelap gulita. Alhamdulillah.

Senin pagi, pkl 08.00 seminar pun akan dimulai, nampaknya saya bukan fresh graduate yang paling kecil dalam seminar kali ini. Saya lihat di samping kanan-kiri banyak mahasiswa dan juga para dosen universitas terkemuka di Indonesia hadir menghadiri seminar bergengsi ini, memang kali ini pematerinya adalah guru besar Harvard University. Pakaian para hadirin yang hadir pun memakai pakaian resmi, yang laki-laki berdasi, yang perempuan memakai blezer. Suasana dibuat menarik dengan duduk para hadirin seperti acara ‘Indonesia Lawyer Club’ sehingga tidak tegang. Agenda hari itu dari pukul 08.00 pagi sampai 15.00 sore. Agenda hari itu awalnya adalah penyampaian dari pemateri, selanjutnya discuss beberapa menit lanjut disambung dengan materi berikutnya. 

Tepat pukul 10.00 wib, waktunya sholat duha, saya izin meninggalkan seminar untuk bergegas sholat duha. Saya menuju musholla hotel dan ternyata antrian berwudhu luar biasa. Saya merinding melihat antrian wudhu para penuntut ilmu ini. Bapak-bapak berdasi antri luar biasa, jumlah antrian wudhu para wanitanya setengah antrian bapak-bapak. Saya sangat yakin ini adalah antrian wudhu karena toilet dekat musholla hanya untuk wudhu, sedangkan toilet untuk mck ada di sebelah tempat wudhu, dan itu pun tidak ada yang antri disana karena toilet kering, bukan toilet basah. Awalnya saya mengira yang akan sholat duha hanya saya dan beberapa orang saja, ternyata tidak seperti yang saya bayangkan. Antrian terjadi kurang lebih 15 menit, dan begitupun antrian mukena. MasyaAllah. Sufi berdasi. Semangat para penuntut ilmu mencari keridho’an Tuhannya. Di kota metropolitan seperti ini, ternyata masih banyak orang-orang pintar yang sholih. Semangat meramaikan mushalla, untuk sholat sunah saja sudah antri, apalagi sholat wajib. Semoga ini menjadi gebrakan semangat, bahwa saat ini di zaman modern, di kota metropolitan yang masyarakatnya katanya super sibuk, masih banyak orang-orang sholeh inshaAllah yang mengimbangi kesibukan dunianya dengan kesibukan mencari ridho Rabb-Nya.

Mungkin dari sebagian kita menganggap sholat duha adalah ibadah yang hiasa saja atau tak terlalu istimewa jika dilaksanakan oleh seorang muslim. Tetapi, jujur bagi saya yang begitu antusias mengamati kebiasaan - kebiasaan diatas semakin menegaskan bahwa kesuksesan seorang sering kali tak lepas dari kedekatan jiwanya kepada sang Pencipta. 

Sufi berdasi kini bertebaran di perusahaan-perusahaan besar. Mereka bersemangat dalam mengejar prestasi kerja, namun kesibukannya meraih mimpi, tak menyurutkan langkahnya meniti jalan yang dituntunkan illahi. Bahkan kedekatan pada agama semakin menenangkan jiwanya, menentramkan hatinya, menyejukkan pikiriannya. Dari ketenangan batin itu, raganya akan bekerja dengan optimal, idenya mengalir dengan lancar, kreativitasnya tak pernah mati. Ia pun lebih mudah menggapai prestasi tertingginya. Sufi berdasi senantiasa berprinsip, Jika hubungan dengan Tuhan Oke, prestasi kerja pun akan oke, keharmonisan keluarga pun oke, hubungan dengan sesama pun oke.
 
Selamat berkarya, bekerja, mengukir prestasi dan torehkan selalau ridho illahi. Semangat!
 


Image Source 

Tulisan yang dimuat adalah sepenuhnya milik penulis  risalah-online, bukan merupakan pernyataan dari risalah-online

No comments:

Post a Comment