Sunday 30 April 2017

Telkomsel dan Kekuasaan



Reza Pratomo

Sebuah kejatuhan biasanya diawali dengan arogansi

Kalimat bijak yang seringkali menggambarkan sejarah yang terus menerus berulang, dan pada tulisan kali ini yang akan saya bahas adalah penyedia layanan seluler terbesar di Indonesia yaitu Telkomsel.


Kenapa Telkomsel? Karena baru-baru ini Telkomsel mendapat serangan yang cukup mengejutkan pada laman resmi web mereka, dimana peretas berhasil membobol keamanan situs tersebut dan mengganti laman utama yang diganti dengan keluh kesah peretas tersebut akan tingginya harga yang harus dibayar pengguna layanan internet yang disediakan oleh perusahaan. Kata-kata yang digunakan cukup vulgar dalam mengkritik perusahaan.

Apakah memang seperti itu kenyataannya? Secara sekilas kami mencoba menelusuri di sosial media tentang mahalnya kuota internet yang disediakan oleh perusahaan tersebut. Dan memang banyak pro dan kontra tentang harga yang ditawarkan, namun yang perlu digarisbawahi adalah bagaimana proses peretasan itu bisa terjadi, apakah memang semahal itu layanan internet yang disediakan oleh Telkomsel, sehingga sang peretas meras perlu bersusah payah meretas laman resmi agar harapannya dikabulkan.

Secara fakta memang Telkomsel adalah layanan seluler dengan jumlah pelanggan terbesar dan jangkauan terluas jika dibandingkan dengan provider lainnya. Selain itu profit yang dihasilkan juga tertinggi dengan jarak margin yang cukup jauh jika dibandingkan dengan pesaingnya. Hal ini yang boleh jadi menjadikan Telkomsel jumawa atas pencapaiannya.

Namun jika kita menoleh kembali sejarah tentang bagaimana pemimpin yang sangat kuat biasanya dijatuhkan oleh pesaingnya yang saat itu masih kecil, namun jeli meliat peluang kebutuhan pasar dan mereka berkonsentrasi disana sehingga akhirnya bisa menumbangkan sang raksasa.

Lihatlah bagaimana Nokia dihantam hingga rontok oleh Blackberry, hanya karena mereka terlambat masuk pada kebutuhan pebisnis yaitu e-mail yang tersinkronisasi secara real time dengan handphone mereka. Blackberry mampu menyediakan hal tersebut, dan disanalah awal kejatuhan nokia hingga hanya menyisakan nostalgia bagi para penggunanya.

Blackberry ternyata terlena dengan kejayaan mereka dan lupa bahwa kebutuhan masyarakat dalam berinternet terus berkembang, tidak hanya e-mail, namun juga website lainnya dan hal tersebut membutuhkan kecepatan akses yang tinggi. Dan disinilah letak kesalahan Blackberry dalam berinovasi. Mereka terpaku dalam penyediaan jasa internet harus melalui server yang mereka miliki, dan hal tersebut mengurangi kecepatan akses internet yang dbutuhkan oleh penggunanya.

Disinilah muncul Google dengan Androidnya, dimana google menyediakan software, dan perusahaan pembuat ponsel bebas menggunakan software tersebut, asalkan tertaut dengan layanan yang disediakan oleh Google.

Disinilah letak kecerdasan Google menangkap peluang yang tidak disediakan oleh Blackberry. Akses internet dilepas oleh kemampuan provider menyediakan akses secepat yang mereka dapat tawarkan pada pengguna. Sehingga secara perlahan perusahaan ponsel seperti Samsung, Sony atau Motorola mulai menggantikan Blackberry sebagai raja dalam pasar penjualan ponsel di dunia.

Namun cerita belum berhenti, para raja kembali mendapat tantangan dari para pesaing yang mungkin tidak disangka oleh mereka sebelumnya. Google mendapat tantangan dari Apple, sementara posisi Samsung mulai dihadang ponsel murah berkualitas dari negeri tirai bambu yang menyakiti posisi mereka sebagai raja. Ditambah dengan kasus Samsung Galaxy Note 7 yang secara global mempengaruhi brand image Samsung.

Demikianlah sejarah selalu berulang, sama seperti halnya dengan teknologi informasi di Indonesia, saat ini dikuasai oleh Telkomsel sebagai raja. Namun bukan tidak mungkin pesaing yang tidak disangka akan menjadi kuda hitam yang menjegal langkah sang raja, karena dalam bisnis informasi teknolog, sekali terlambat berinovasi, jurang kejatuhan siap menanti.

Dan dalam beberapa kali kesempatan, telkomsel terlambat mengaplikasikan inovasi yang dibutuhkan pengguna, seperti berjualan paket data, maupun aplikasi smartphone yang terintengrasi dengan nomor pengguna. Keduanya sudah lebih dulu dilakukan oleh 3, baik paket data maupun aplikasi BIMA Tri yang lebih dulu diluncurkan.

Siapa yang tahu, provider mana yang siap untuk menggilas Telkomsel, dengan kemampuannya membaca situasi yang tidak disangka dalam menentukan apa yang sebenarnya lebih dibutuhkan oleh pengguna. Dan disaat itu terjadi semoga Telkomsel tidak terlambat, Karena biar bagaimanapun, Telkomsel adalah perusahaan BUMN yang berperan dalam memajukan bangsa ini.

No comments:

Post a Comment