Monday 7 September 2015

Arsitek Peradaban

Oleh: Reza Pratomo
Beri aku 10 pemuda, maka akan kuguncang dunia” (Soekarno, Presiden Pertama NKRI)
Beri aku 10 alasan, maka akan kucoba mengerjakannya” (Bedul, pemuda kekinian)
Beri aku 10 alay, maka akan kubuat acaramu lebih hidup” (Akar Pun Jadilah, Produser TV)

Merasa familiar dengan kenyataan yang ditulis di atas tentang kenyataan pemuda hari ini?

Karena inilah fakta tentang 3 Tipe pemuda hari ini: Conqueror, Survivor, Alay

Alay (anak lebay)
Generasi yang mungkin hari ini mayoritas, mereka tidak berpikir tentang masa depannya, apa yang ada hari ini, mari kita nikmati hari ini. 
Generasi ini dapat dengan mudah kita temui di cafe, bioskop mall dan tempat-tempat lainnya, dimana mereka menghabiskan hari mereka untuk berbicara hal yang tidak penting, gosip atau membicarakan hal yang tidak penting lainnya.
Mereka merasa bangga jika mampu dengan sekejap tampil di televisi, walau hanya sekedar berhura-hura tanpa hasil yang nyata bagi perkembangan diri mereka. 
Mereka generasi instan, sebuah generasi yang mengutamakan hasil. Mereka tidak peduli dengan proses yang mereka harus jalani. Jika plagiasi adalah kemudahan, kenapa tidak kita lakukan?
Dalam kepala mereka yang penting adalah hasilnya.
Yang penting saya lulus sekolah... Apapun caranya....
Yang penting saya bisa masuk universitas top... Bagaimanapun caranya...
 
Yang penting jadi PNS... Kapanpun waktunya...
Apa yang kita bisa harapkan dari mereka? Jika mereka bisa bertahan tanpa menjadi benalu mungkin sudah cukup bagi orang disekitarnya. Dan semoga kita bisa mendidik generasi selanjutnya terhindar dari tipikal generasi ini.

Survivor (bertahan)
Generasi yang pada hari ini merasa cukup untuk bisa bertahan. Mereka hidup hanya dalam rangka mencari hidup saja. Ada diantara generasi ini yang menjadikan dunia sebagai tujuannya. Secara duniawi mereka sebagian besar sukses, namun dampak mereka secara sosial mungkin kurang, karena apa yang dicarinya hanya sekedar memenuhi kebutuhan duniawinya. 
Mereka mungkin lebih baik daripada generasi sebelumnya, dimana mereka masih ada memiliki proses dalam mengejar keinginannya. Namun daya juangnya sebatas hingga keinginannya tercapai. Segera setelah itu mereka mudah untuk merasa cukup
Sebuah fenomena yang mengenaskan, dimana pada hari ini kita melihat begitu banyak para pemuda yang sedikit memiliki daya juang bagi masa depannya. Mereka lebih suka bersenang-senang atas sedikit pencapaian mereka hari ini.
Mereka adalah pemuda yang lebih suka menadahkan tangan disaat masih menuntut ilmu, dengan dalih, “saya masih ingin konsentrasi menuntut ilmu, kenapa saya harus repot-repot memikirkan uang kuliah dan biaya hidup saya sehari-hari?”
Sebuah pernyataan yang tidak salah, namun percayalah, jika ia tidak berevolusi, tipe seperti ini akan sedikit sulit untuk berkembang dan menjadi pucuk pimpinan tertinggi di perusahaan atau institusi tempat ia bekerja dan mengabdi. Lho kok gitu? Ya karena mereka hanya berpikir bagaimana bertahan, bukan berkembang dan berusaha memberikan lebih dari apa yang selama ini ia lakukan. 
Kenapa?
Karena ia belajar, kenapa harus repot memberikan sesuatu yang lebih, jika yang biasa-biasa saja saya sudah mendapatkan apa yang saya inginkan? Jika diibaratkan mereka ini adalah singa yang telah dijinakkan. Sehingga potensi terbesar mereka secara sengaja maupun tidak telah mereka kubur. 
Mereka lebih suka menjadi pengikut dibandingkan menjadi pemimpin, karena pemimpin adalah posisi yang diluar zona nyaman. Dan secara naluriah mereka akan menolak hal itu. Walau secara individu mereka mengakui bahwa mereka mungkin memiliki potensi menjadi seorang pemimpin.
Mereka butuh motivasi, bukan memotivasi. Membutuhkan alasan untuk bertindak, alih-alih memikirkan tindakan apa yang perlu dilakukan untuk mencapai sebuah tujuan. Mereka adalah golongan umum masyarakat yang harus diberi tahu apa yang harus dilakukan dan apa yang harus ditinggalkan. 

Jadi berikan beban yang biasa-biasa saja ke pundak mereka, dikhawatirkan mereka tidak sanggup untuk memikul beban yang berat, jika terlalu banyak hal diharapkan dari mereka.

Conqueror (Penakluk)
Generasi terakhir yang diharapkan dapat menjadi faktor kebangkitan umat hari ini,para penakluk. Pemuda yang diharapkan mampu untuk melampaui batas-batas dirinya untuk kemudian memberikan kemajuan yang luar biasa bagi peradaban Islam.

Para penakluk penguasa Ilmu. Kecintaan mereka akan belajar menjadikan mereka memiliki kemampuan dalam memecahkan berbagai persoalan. Bukan karena mereka pintar, tapi karena ilmu yang dimiliki menjadikan mereka mampu menganalisa persoalan dan kemudian memilah permasalahan dan menentukan jawabannya dengan tepat. Mereka para panglima, presiden, cendekiawan, pemikir dan orang-orang yang akan tercatat namanya dalam tinta emas sejarah. 

Penakluk adalah arsitek peradaban. Mereka yang mendesain perubahan sosial di masyarakat. Hal  inilah yang menjadikan mereka sebagai penggerak masyarakat untuk lebih maju dan menantang zona nyaman dalam kehidupan sosial lingkungan mereka. Apakah perubahan yang dihasilkan menjadikan kehidupan materi sebuah kelompok masyarakat lebih maju? Belum tentu, perubahan sosial lebih menarik bagi mereka, karena menurut mereka jika perbaikan pranata sosial1 sudah terjadi, maka dengan sendirinya perbaikan tingkat kesejahteraan masyarakat tersebut akan berubah.

Penakluk pantang mundur. Mereka adalah orang yang akan menantang zona nyaman sebuah lingkungan, walau akan ada penolakan, baik yang bersifat kecil atau besar mereka akan tetap maju. Kemampuan mereka dalam berkomunikasi mampu meminimalisasikan penolakan dan mengajak seluruh komponen lingkungan tersebut untuk maju bersama.

Para penakluk memiliki keinginan yang kuat untuk berubah. Mereka meyakini bahwa perubahan itu akan datang pada mereka yang berusaha sungguh-sungguh untuk mengerjakannya. Perubahan yang mereka lakukan biasanya kecil, namun dampaknya besar bagi masayarakat. Perubahan utama yang dilakukan oleh para penakluk adalah dirinya sendiri. Mereka yakin bahwa mencontohkan jauh lebih bermakna dari sekedar mengatakan.

Para penakluk adalah pemimpi. Apa yang mereka kerjakan selalu untuk jangka panjang, mereka percaya apa yang mereka kerjakan akan memberi dampak pada 10, 20, 30 atau mungkin 50 tahun lagi. Dan mereka yakin dengan mimpi yang saat ini sedang mereka bangun, karena mimpi tersebut saat ini sedang disusunnya sedikit-demi sedikit sehingga menjadi sesuatu yang nyata. Walau dia mungkin tidak dapat menikmati mimpi tersebut, tapi dia bahagia telah mulai menjalani mimpi itu.

Penakluk tahan banting, tahan cacian, tahan makian, tidak perduli berapa kali mereka dijatuhkan, mereka akan terus maju. Selangkah demi selangkah demi mengejar cita-citanya. Mereka dari awal sudah tahu akan dihantam bertubi-tubi dari segala penjuru, berusaha menjatuhkan mimpinya, namun berkat kesungguhan dan kerja kerasnya dia percaya bahwa Allah akan bersama dengan orang yang berusaha. Jika ia tidak mendapat nikmat di dunia, maka dia percaya bahwa apa yang dia lakukan akan memperoleh ganjaran terbaik dari Allah SWT, meskipun itu di hari akhir.

Jika kita berkaca pada sejarah, maka siapakah yang mampu menjadi penakluk terbesar sepanjang masa jika bukan Rasulullah Muhammad SAW?

Rasulullah sudah memberi teladan, dan jika kita merasa diri sanggup menjadi seorang penakluk, maka temukan orang-orang yang akan membantumu mewujudkan mimpimu.

Temukan Abu Bakar Ash Shiddiq-mu

Temukan Umar ibn Khattab-mu

Temukan Usman ibn Affan-mu

Temukan Ali ibn Ali Thalib-mu

Karena merekalah yang akan melanjutkan mimpimu.



Pustaka:
1). http://sosiologismancis.blogspot.com/p/pranata-sosial-1.html

Opini yang dimuat adalah sepenuhnya milik penulis  risalah-online, bukan merupakan pernyataan risalah-online

No comments:

Post a Comment