Friday 25 September 2015

Parenting Tarbiyah



Oleh : Khairul Fajri
Lelah mendidik anak?
Itu adalah bukti bahwa anda belum menikmati proses dan hasil mendidik anak.
Apakah kita bahagia setelah anak kita sukses (sarjana, dapat kerja, dan lain-lain)?. Itu terlalu lama. Apalagi kalau anaknya banyak. Anak-anak itu aset. bukan beban. Anak sholeh yang bisa mendoakan orang tuanya itu asset. Bukan beban. Ketika kita meninggal,maka yang paling berhak mensholatkan kita adalah anak kita. Sholat jenazah itu isinya doa semua. Itu asset.
Anak itu kekayaan didunia dan akhirat. Rosulullah bersabda : “kamu (anak lelaki) adalah harta orang tuamu”. Artinya walaupun sudah menikah, orang tua punya hak atas harta kita. Anak-anak yang kita dorong untuk menghafal Al Quran 30 juz kelak dihari kiamat yang mendapatkan keistimewaan bukan hanya anak itu, tapi juga orang tuanya (mahkota). Hilangkan anggapan bahwa anak itu beban. Anak-anak kita tidak numpang hidup pada kita. Numpang? Anda sombong. Bayi lahir sudah membawa rezekinya. Yang menjadi masalah adalah kita belum percaya pada Allah. Tidak ingin punya anak banyak karena biaya pendidikan mahal? Logis. Tapi itu iman belum berperan. Kalau anak adalah aset, maka kita ingin punya sedikit atau banyak? (kalo aku sih yes).
Mendidik anak itu persis seperti menanam pohon. Anak kita yang menanam siapa? Kita. Setiap proses pertumbuhannya kita merasakan bahagia. Lalu kapan Allah bicara buahnya?. Baiknya anak kita nanti adalah hak Allah. Tugas kita adalah menanamnya dengan baik. Semoga kelak Allah mengizinkan  hasilnya baik juga. Tapi ingat pohon itu kan yang kita konsumsi bukan hanya buahnya. Mendidik anak juga sama. Tetapi itu dengan izin Allah. Maka didiklah anak kita dengan maksimal. Ikuti caranya.
Dalam sebuah hadits Rasulullah menyampaikan bahwa ada sebuah pohon. Dimana keberkahan pohon itu seperti keberkahan seorang mukmin. Pohon apa itu?. Pohon kurma. Pelajari pohon kurma untuk mendidik anak kita, pohon kurma itu berkah, kata rasul. Kurma itu berbuahnya perlu waktu lama, sekitar 8 tahun. Tapi hasilnya juga sesuai dengan kesabaran kita memetik buahnya. Sama seperti pohon zaitun yang bisa menopang perekonomian spanyol. Jika pohon ini baik, maka ia akan lebih panjang dari usia kita. Pohon ini usianya ratusan tahun. Terus berbuah. Nutrisi kurma berbeda dengan nasi. Sesuai dengan kesabaran menunggunya berbuah. Yang tumbuh pertama dari pohon kurma adalah mayang (bakal buah). Tapi perlu dikawinkan dulu. Berdasarkan hasil penelitian, mayang jantan kurma memiliki warna hijau. Menyenangkan dari segi pemandangan walau rasanya bellum manis.
Anak kita pun demikian. Susui dengan cara yang benar. Usia 3-6 tahun adalah usia yang sangat penting mendapatkan sentuhan dari orang tuanya karena sedang pandai untuk meniru. Konsep pendidikan yang paling tepat saat itu adalah keteladanan. Memang belum manis.  Tapi kalau anak berperilaku baik dan lucu akan menyenangkan. Setelah hijau kemudian akan menjadi berwarna kuning. Mulai ada sedikit rasa manisnya. Setiap fase ada warna-warna indah pada anak-anak kita. Kemudian berwarna merah . rasanya sudah mulai enak. Kalau sudah usia 7 tahun. Nabi perintahkan untuk shalat. Dijaga hingga sepuluh tahun. Evaluasi. Bacaannya. Masih disuruh-suruh atau tidak. Bahkan nabi memerintahkan memukul dengan pukulan pendidikan. Jika shalatnya baik, yang lainnya akan baik. Dan perjelas status dia laki-laki atau perempuan. Pisahkan tempat tidur mereka. Apalagi dengan orang lain. Usia 10 tahun harusnya sudah tidak boleh cium tangan dengan gurunya. Pelanggaran ditahap ini akan buruk di usia berikutnya.
Tanamkan ilmu agama terlebih dahulu. Bukan ilmu umum dulu. Bacakan ayat-ayat alquran. Sucikan hati mereka. Ajari ilmu tafsir dan ilmu hadits nabi. Lalu kemana ilmu eksak? Itu nanti. Usia baligh. Itu masalah harta. Kemampuan menyimpan dan mengembangkan uang dengan baik, dll. Kemudian kurma itudari berwarna merah menjadi coklat. Rasanya manis sekali. Pada saat inilah anak akan berperilaku baik dengan sendirinya karena telah ditanamkan nilai-nilai kebaikan pada fase sebelumnya.
Semoga kelak anak-anak kita menjadi anak yang sholih dan sholihah. Aamiin..

Image source 


Opini yang dimuat adalah sepenuhnya milik penulis  risalah-online, bukan merupakan pernyataan dari risalah-online

No comments:

Post a Comment