Oleh : Khairul Fajri
Lelah
mendidik anak?
Itu adalah bukti bahwa anda belum menikmati
proses dan hasil mendidik anak.
Apakah kita bahagia setelah anak kita sukses
(sarjana, dapat kerja, dan lain-lain)?. Itu terlalu lama. Apalagi kalau anaknya
banyak. Anak-anak itu aset. bukan beban. Anak sholeh yang bisa mendoakan orang
tuanya itu asset. Bukan beban. Ketika kita meninggal,maka yang paling berhak
mensholatkan kita adalah anak kita. Sholat jenazah itu isinya doa semua. Itu
asset.
Anak itu
kekayaan didunia dan akhirat. Rosulullah bersabda : “kamu (anak lelaki) adalah
harta orang tuamu”. Artinya walaupun sudah menikah, orang tua punya hak atas
harta kita. Anak-anak yang kita dorong untuk menghafal Al Quran 30 juz kelak
dihari kiamat yang mendapatkan keistimewaan bukan hanya anak itu, tapi juga
orang tuanya (mahkota). Hilangkan anggapan bahwa anak itu beban. Anak-anak kita
tidak numpang hidup pada kita. Numpang? Anda sombong. Bayi lahir sudah membawa
rezekinya. Yang menjadi masalah adalah kita belum percaya pada Allah. Tidak
ingin punya anak banyak karena biaya pendidikan mahal? Logis. Tapi itu iman
belum berperan. Kalau anak adalah aset, maka kita ingin punya sedikit atau
banyak? (kalo aku sih yes).
Mendidik
anak itu persis seperti menanam pohon. Anak kita yang menanam siapa? Kita.
Setiap proses pertumbuhannya kita merasakan bahagia. Lalu kapan Allah bicara
buahnya?. Baiknya anak kita nanti adalah hak Allah. Tugas kita adalah
menanamnya dengan baik. Semoga kelak Allah mengizinkan hasilnya baik juga. Tapi ingat pohon itu kan
yang kita konsumsi bukan hanya buahnya. Mendidik anak juga sama. Tetapi itu
dengan izin Allah. Maka didiklah anak kita dengan maksimal. Ikuti caranya.
Dalam
sebuah hadits Rasulullah menyampaikan bahwa ada sebuah pohon. Dimana keberkahan
pohon itu seperti keberkahan seorang mukmin. Pohon apa itu?. Pohon kurma.
Pelajari pohon kurma untuk mendidik anak kita, pohon kurma itu berkah, kata
rasul. Kurma itu berbuahnya perlu waktu lama, sekitar 8 tahun. Tapi hasilnya
juga sesuai dengan kesabaran kita memetik buahnya. Sama seperti pohon zaitun
yang bisa menopang perekonomian spanyol. Jika pohon ini baik, maka ia akan
lebih panjang dari usia kita. Pohon ini usianya ratusan tahun. Terus berbuah.
Nutrisi kurma berbeda dengan nasi. Sesuai dengan kesabaran menunggunya berbuah.
Yang tumbuh pertama dari pohon kurma adalah mayang (bakal buah). Tapi perlu
dikawinkan dulu. Berdasarkan hasil penelitian, mayang jantan kurma memiliki
warna hijau. Menyenangkan dari segi pemandangan walau rasanya bellum manis.
Anak kita
pun demikian. Susui dengan cara yang benar. Usia 3-6 tahun adalah usia yang
sangat penting mendapatkan sentuhan dari orang tuanya karena sedang pandai
untuk meniru. Konsep pendidikan yang paling tepat saat itu adalah keteladanan.
Memang belum manis. Tapi kalau anak
berperilaku baik dan lucu akan menyenangkan. Setelah hijau kemudian akan
menjadi berwarna kuning. Mulai ada sedikit rasa manisnya. Setiap fase ada
warna-warna indah pada anak-anak kita. Kemudian berwarna merah . rasanya sudah
mulai enak. Kalau sudah usia 7 tahun. Nabi perintahkan untuk shalat. Dijaga
hingga sepuluh tahun. Evaluasi. Bacaannya. Masih disuruh-suruh atau tidak.
Bahkan nabi memerintahkan memukul dengan pukulan pendidikan. Jika shalatnya
baik, yang lainnya akan baik. Dan perjelas status dia laki-laki atau perempuan.
Pisahkan tempat tidur mereka. Apalagi dengan orang lain. Usia 10 tahun harusnya
sudah tidak boleh cium tangan dengan gurunya. Pelanggaran ditahap ini akan
buruk di usia berikutnya.
Tanamkan
ilmu agama terlebih dahulu. Bukan ilmu umum dulu. Bacakan ayat-ayat alquran.
Sucikan hati mereka. Ajari ilmu tafsir dan ilmu hadits nabi. Lalu kemana ilmu
eksak? Itu nanti. Usia baligh. Itu masalah harta. Kemampuan menyimpan dan
mengembangkan uang dengan baik, dll. Kemudian kurma itudari berwarna merah
menjadi coklat. Rasanya manis sekali. Pada saat inilah anak akan berperilaku
baik dengan sendirinya karena telah ditanamkan nilai-nilai kebaikan pada fase
sebelumnya.
Semoga kelak anak-anak kita menjadi anak yang
sholih dan sholihah. Aamiin..Image source
Opini yang dimuat adalah sepenuhnya milik penulis risalah-online, bukan merupakan pernyataan dari risalah-online
No comments:
Post a Comment