Sunday, 20 September 2015

Diam Diam Cinta

(Kutemukan Allah di Hatiku)

Oleh : Devila Indrayenti

Apa kelebihanku di hadapan Rabb yang nyawa ku ada dalam genggaman-Nya?
Amalanku biasa, tak ada yang sempurna,
Bahkan jika kuhitung maksiatku dengan amalku, amalku lebih sedikit,
Dan yang sedikit itupun belum tentu mendapat ridhoNYA,
Masih terselip disana rasa bangga beramal
Sesungguhnya aku tiada apa-apanya,


Karunia Mu tercurah tanpa batas,
Namun penghambaanku belumlah seberapa

Namun.... aku belajar.
Ternyata inilah karunia terbesar,

Alasan Mengapa KAU selipkan perasaan seperti ini
Ya Allah, Diam-diam Aku cinta, Kutemukan Engkau Dihatiku


Setiap kita pernah merasakan dimana kemaksiatan yang  diperbuat, namun Allah malah membalas dengan rahmat yang berlimpah ruah. Pernahkah kamu mendengar bahwa ketika anak adam berniat melakukan kemaksiatan, maka belum ada bagi ia dosa hingga ia benar-benar melakukan keburukan itu. Namun ketika anak adam berniat melakukan kebaikan, maka pahala niat sudah ada ditangannya. Maha Pemurahnya Allah, jika kau merasakannya dengan hati, maka terasalah selama ini penghambaanmu belum seberapa. Sebab, pada hakikatnya ia hanya terletak dalam dada yang suci dan bersemayam di ruang-ruang rasa sang empunya kebajikan.



Disaat datang masalah datang bertubi-tubi menghampiri seorang insan. Yang namanya hati nurani, pastilah ia akan menghiba kepada Tuhannya yang Maha berkehendak untuknya. Namun sebagian orang tidak tahu dengan Dzat yang maha pemberi karunia. Sungguhlah ia telah dirayu syaithan. Benarlah Allah katakan “Silahkan kau cari pengikut di bumi, kecuali orang-orang yang beriman”. Ia hati, bertanya betapa berat beban yang dipikul ini ?Lalu sang pencipta berkata,” Aku tidak akan beratkan engkau kecuali engkau sanggup memikulnya”. Berhari-hari ia berusaha memecahkan masalah dan bersabar, serta berharap ada keberkahan yang tersimpan di langit, tinggal menghitung tiba masanya menghampirinya di bumi. Ketika sudah ber-ikhtiar menyelesaikan, maka tidaklah syaithan berhenti menggoda hati. Syeithan juga punya caranya menggoda sang insan yang berhati suci tersebut. Sebutlah, ada perasaan yang membayangi, mengapa saya diberikan masalah yang hina seperti ini oleh Allah? Ia Lupa bahwa berkah Allah dibalik itu akan menjadikan ia lebih mulia dari penduduk bumi yang lain. Berburuk sangka dengan sang pencipta adalah salah satu goal syeithan, kenapa mereka akan menetap di neraka dan membawa pengikutnya.



Maha Suci Allah,sesungguhnya orang yang bersabar dan bersyukurlah yang akan nikmat merasakan kehinaan di dunia sebagai pengenal namanya di langit. Dimana engkau letakkan Allah ketika kau merasakan harga dirimu rendah di  bumi? Lalu apa yang terjadi pada mu? Apakah ada diantara kamu yang Allah ganti kesabaranmu denganmurka-Nya? Apakah ada Allah ganti syukur mu dengan nikmat yang sedikit? Sekali kali tidak, bahkan tidak sujud pun keningmu di hadapannya, masih Ia beri engkau kenikmatan di dunia. Sering engkau balas nikmat-Nya dengan kedurhakaan mu yang tiada pernah berkurang, Na’udzubillah.


Maka sejenakku merenung, mengapa Allah masih limpahkan? Sudah nyata diri ini banyak dosa.Ternyata ia terlupa bahwa yang empunya langit dan isinya adalah Tuhannya. Merenunglah sejenak, pikirkanlah dengan akal sehat. Makar yang ada dunia adalah mudah bagi-Nya untuk membalikkannya. Dan mudahlah baginya untuk menimpakan azab bagi ia yang tidak mau paham akan aturan-Nya. Mustahil ia yang ada Allah dihatinya merasakan kecamuk yang bertubi-tubi karena banyaknya ujian. Maka hadirkanlah Allah, diam-diam engkau akan suka dengan caraNya mendewasakanmu, sampai engkau paham bahwa tidak ada yang luput dari balasan-Nya meski sekecil zahrah. Maka dipenghujung malam pun, ketika engkau rebahkan keningmu di haribaan Nya, memohon belas kasihnya atas kehinaanmu, maka disanalah engkau merasakan cinta yang langsung Allah beri dengan tangan-Nya tanpa perantara. Cukuplah penduduk langit saja yang mengetahui membuncahnya rasa cinta mu pada Rabb mu, karena keta’atanmu sering malaikat sebut.

Image source


Opini yang dimuat adalah sepenuhnya milik penulis  risalah-online, bukan merupakan pernyataan risalah-online

No comments:

Post a Comment