By : Devila Indrayenti
Kata loyalitas, biasanya banyak kita temui
sebagai kata motivasi kerja seorang pekerja baik ia karyawan, atasan dan
sebagainya. Loyalitas berdasarkan KBBI adalah kepatuhan serta kebersemangatan
untuk all out mengerjakan sesuatu. Maka tak banyak dari orang-orang sang
penjamah amanah, menjadikan kata ini sebagai patokan nilai kerjanya
sehari-hari. Ia berusaha untuk loyal terhadap apa-apa yang sedang ia emban.
Bahkan ada yang menjadikan kata itu sebagai karakteristik dirinya. Sehingga
orang-orang puas dengan hasil kerjanya, dan hal tersebut menjadi nilai lebih
bagi dirinya dimata orang lain. Sangat beruntung ia yang menjadikan loyalitas
adalah sebagai karakter dalam dirinya bahkan sudah barang jadi kebutuhan bagi
dirinya. Ia merasa tak enak hati terhadap apa-apa yang ia kerjakan jika ia tak
menyelesaikannya dengan rapi.
Namun dalam hal ini kita tidak berbicara
loyalitas pada aspek kerja, tapi lebih pada loyalitas kita pada apa-apa yang
menjadi tiang diri kita di dunia ini, namun semangatnya akan sampai pada
loyalitas di berbagai aspek. Yaitu loyalitas kita terlebih pada aspek ruhaniyah
kita sebagai insan yang Allah mempunyai maksud atas itu. Maka salah
pengertiannya jika kita hanya loyalitas pada pekerjaan kita yang nampak
hasilnya langsung di depan mata seperti di dunia kerja. Akibat loyalitas kita,
mungkin langsung perusahaan tempat kita bekerja memberikan bonus-bonus terhadap
kerja terbaik kita.
Lalu apa pendapat kita, ketika
kita melakukan kebaikan, Allah tidak langsung balas ketika itu, padahal hati
paham Allah akan balas diwaktu kita membutuhkan balasan dari-Nya atas kebaikan
yang kita lakukan ketika itu. Hati ketika itu paham, tapi jasad tidak melihat
langsung balasan itu. Lantas ketika itu apa kita masih percaya? Terkadang ada
terbesit dalam hati, , enggan berloyalitas lagi pada hal-hal yang hubungannya
dengan kualitas diri dimata Tuhan. Namun, hati tak merasa bahwa ketika Allah
penuhi kebutuhan saat itu adalah hasil loyalitas kita beberapa tahun, bulan
atau beberapa hari lalu. Disana terkisah, bahwa ruh dalam dada ini kian
ter-uji. Jelas banyak insan yang lebih mementingkan loyal pada manusia dari
pada Dzat penciptanya. Mengganggap sebelah mata penilaian Tuhan dari pada
penilaian manusia, padahal loyalitas kita pada Allah tak kisah sedikitpun Ia
lupa membalasnya. Sebagai insan yang berakhlak dan berkarakter, janganlah kita
terkesan loyalitas pada manusia adalah sebagai ajang kebenaran penilaian, namun
melupakan yang sesungguhnya loyalitas Tuhan adalah ujung tombak penilaian
sebenarnya.
Bentuk loyalitas kita pada Tuhan secara
tidak langsung akan mempengaruhi loyalitas kita pada manusia dalam segi apapun.
Ketika loyal dengan Allah adalah pondasi awal, maka sudah barang pasti akan
kita temui rasa malu apabila tidak bisa loyal pada makhluk-Nya yang lain.
Semoga tulisan ini bermanfaat dan memberikan semangat all out dalam
mengupgrade ruhiy kita masing-masing sebagai insan yang berkarakter. Lalu kita
buktikan dengan prestasi-prestasi kerja kita yang membanggakan dan memberikan
kepuasan tersendiri dalam diri ini.
Tulisan
yang dimuat adalah sepenuhnya milik penulis risalah-online, bukan merupakan
pernyataan dari risalah-online
No comments:
Post a Comment