Oleh: Paramudika H
Tarbiyah bukanlah segala-galanya,
tapi segala-galanya berawal dari tarbiyah (anonim)
Kalimat ini sungguh familiar di
kalangan para pengusung dakwah yang notabenenya adalah berawal dari tarbiyah.
Pun bagi mereka yang tak tertarbiyah tidak sedikit yang pula yang mengetahui
kalimat itu. Itu sudah menjadi rahasia umum, bahwa tarbiyah adalah tentang
liqo’
, agenda pekanan yang rutin dilakukan sekali seminggu. Mereka yang
tarbiyah menjadikan aktivitas itu sebagai sarana untuk mencharger ruhiyahnya.
Kemudian mereka yang tidak tarbiyah mencari sarana lain untuk pengisi ruhnya,
apapun itu. Lalu tarbiyah atau tidak, ini hanya tentang sebuah prinsip yang
dipegang oleh masing-masingnya.
Kejadian minggu lalu, cukup
membuatku sedikit tertegun. Kehadiranku dalam sebuah acara kala itu, posisinya
hanya sebagai pengganti dari salah seorang teman yang berhalangan hadir. Disana
beberapa kutemui teman seperjuangan yang sama-sama tertarbiyah, pula ada
beberapa senior yang kami kenal bagus akan
ruhul istijabahnya dalam setiap panggilan dakwah. Campur baur, bahkan
teman-teman yang ammah pun banyak. Acara yang dijanjikan dimulai jam 8.30 molor
sampai 10.30. entah apa penyebab keterlambatan ini, yang hadir lebih awal tentu
sudah sangat risih dengan keterlambatan yang cukup lama ini. Dari tiap sudut,
terdengar jelas runutan dari para peserta yang hadir. Dan yang membuatku
sedikit syok adalah, senior yang kupahami betul akan tarbiyahnya yang bagus,
loyalitasnya masih sulit kami langkahi, ikut mengeluh dengan kondisi. Kudengar
betul kalimat tiap kalimat yang dilontarkannya. Disana dalam kondisi ramai,
yang mendengar tidak hanya satu atau dua orang. Kemudian, salah seorang teman
ammah kami yang mendengar nyeletuk, ibu tidak usah mengeluh, apalagi
menyalahkan panitia dan menyerapahi kepala yang menjabat hari ini. Iklaskan,
lapangkan, selalu ada hikmah dari tiap apa yang kita alami. Buarr, berasa petir
menyambar di siang bolong. Aku tahu betul temanku ini tak pernah tersentuh
tarbiyah, tapi bijaksananya ia bahkan melebihi yang sudah tarbiyah puluhan
tahun.
Tiada sesiapa yang perlu
disalahkan dari peristiwa di atas. namun kita yang menjadikan tarbiyah sebagai
ukuran dari segala target-target kita memang patut dipertimbangkan. entah itu
tentang kawan ataupun jodoh. Disana banyak teman-teman amah kita yang menanti
untuk diklik sekali saja menjadi kawan untuk berdiri disamping kita menjadi
motor dakwah ini.
Tak pernah ada jaminan, yang
tarbiyah sekian tahun lebih bagus akhlaknya, lebih terjaga lisannya. Tidak ada,
sama sekali. Tapi itu bukan pula berarti bahwa tak ada gunanya tarbiyah. Ia
tetap menjadi kebutuhan kita, sebagaimana halnya dakwah. Kita yang butuh, bukan
sebaliknya. Namun, seyogyanya kita mempu mengevaluasi perjalanan tarbiyah ini,
apakah ia membekas atau tidak. Lalu tetaplah bersemangat, jadikan diri kita
cahaya bagi siapapun yang berada di samping kita. Tularkan energi positif yang
kita punyai meski harus bersipayah menutupi segala kekecawaan yang dialami dan
semua kepedihan yang sedang menyayat hati. Semangat dan selalulah bersemangat.
Tulisan
yang dimuat adalah sepenuhnya milik penulis risalah-online, bukan merupakan
pernyataan dari risalah-online
No comments:
Post a Comment