Oleh:
Dewi Sartika
Abstrak
Kepemimpinan
umat Islam di masa awal-awal di kenal dengan istilah Khalifah. Khalifah
berarti pengganti Nabi Saw sebagai pemegang kendali pemerintahan umat Islam,
bukan sebagai Nabi ataupun Rasul, sebab Nabi Saw sendiri adalah Khatamun
Nabiyyin (penutup dari sekalian Nabi). Ada empat Khalifah yang dikenal masa
awal-awal Islam berjaya pasca wafatnya Rasul Saw yakni; Khalifah Abu Bakar
al-Shiddiq, Usman ibn Affan, Umar ibn Khattab, dan Ali ibn Abi Thalib. Adapun
keempat Khalifah inilah nantinya, letak maju-mundurnya umat Islam pasca
wafatnya Rasul Saw.
Berkat
lulusan pendidikan (akademi) Rasul Saw lewat kajian sistem halaqah (lingkaran)
yang diadakan oleh Nabi Saw rutin tiap harinya, maka tempaan dan tuntutan ini
menjadikan para sahabat tahan banting terhadap segala halangan dan rintangan
yang dihadapi oleh umat Islam, mulai dari penyiksaan dari kaum kafir Quraisy,
pemboikotan barang perdagangan yang menyebabkan kaum muslimin kelaparan,
pengusiran dari tanah kelahiran, sampai pada pembunuhan dalam
peperangan-peperangan yang dilancarkan oleh kaum kafir Quraisy.
Melihat
segala penderitaan yang dialami oleh Rasul Saw dan para sahabat di atas, tidak akan
mampu ditanggung oleh orang Islam manapun pada masa sekarang ini. Hal
terpenting yang menjadi sumber kekuatan Nabi Saw dan para sahabat adalah cahaya
Islam lewat al-Qur’an dan hadis (petunjuk dari Nabi Saw).
Key
Words: Khalifah, halaqah, dan pendidikan
Pendahuluan
Pencetak generasi emas, pembawa keberkahan Islam ke seluruh penjuru
dunia, dialah sang inspirator, orator, motivator, dan inovator, junjungan
sekalian umat manusia yaitu Rasulullah Saw. Beliau tidak memiliki harta yang
melimpah, onta yang megah, rumah yang wuah, namun, beliau memiliki isteri yang
shalehah yakni ummahatul mukminin (ibunya orang-orang mukmin) yang
pertama yakni Khadijah r.a. Sang Khadijahlah yang pertama menerima kerasulan
beliau Rasul Saw, dan setia mendampingi beliau dengan segala jiwa, raga, harta,
bahkan nyawapun dia korbankan demi mendukung risalah mulia yakni tegaknya
tauhid Islam di permukaan bumi ini.
Semenjak awal-awal
Islam datang, banyak tantangan dan hambatan yang dihadapi oleh Rasul Saw,
seperti kebencian kaum kafir Quraisy, kebodohan kaum jahiliyah, penolakan dari
paman beliau sendiri (Abu Thalib) untuk menerima Islam, dan masih banyak lagi
hal-hal besar yang harus dilewati Rasul Saw sebagai utusan Allah dan Khatamun al-Nabiyyin
(penutup dari sekalian Nabi). Di balik segala kesedihan yang sering menimpa
beliau tersebut, namun Allah Swt kirimkan seorang sahabat mulia yang berhati
emas, bertutur kata selembut sutra, dan berjiwa bapak yang sangat menyayangi
dan menghormati baliau sebagai seorang Rasul mulia, dialah Abu Bakar al-Shiddiq
r.a.
Abu Bakar adalah
orang pertama yang awal masuk Islam sehingga beliau termasuk assabiqunal
awwalun (kelompok yang pertama masuk Islam), dan orang pertama membenarkan
peristiwa Isra’ dan Mi’raj Rasul Saw, ketika seluruh umat meragukan kisah yang
Rasul Saw sampaikan. Inilah sahabat sekaligus mertua Nabi Saw yang sampai akhir
hayat (Nabi Saw) menemani Nabi Saw, dan mengikuti halaqah (kelompok)
pengajian Nabi Saw, yang di dalamnya mengajarkan tentang agama (tauhid, Islam,
ihsan, syari’at, akhlak, hadis, tafsir, dan sebagainya) dan ilmu keterampilan
seperti (memanah, berkuda, berperang, dan seterusnya), yang mana semua itu
menjadi modal bagi Abu Bakar dalam menjalankan risalah tauhid pasca wafatnya
Rasul Saw.
Selain Abu Bakar,
ada juga sahabat-sahabat mulia lainnya yang masing-masingnya memiliki kemuliaan
dan keutamaan di sisi Nabi Saw, yakni; Umar ibn al-Khattab, Usman Ibn Affan,
dan Ali ibn Thalib. Dari empat Khalifah yang gagah berani inilah lahir generasi
Islam yang kuat, baik dari segi ekonomi, pertahanan, peradaban, dan
keilmuannya.
Awalnya Nabi Saw
mengajarkan Islam pada para sahabat di Kutab, yaitu tempat-tempat yang
dapat digunakan sebagai sarana menuntut ilmu dengan sistem halaqah (lingkaran), seperti; di bawah pohon kurma,
tenda-tenda, rumah sahabat, dan sebagainya, dengan bimbingan dari Rasul Saw
sendiri sebagai gurunya. Setelah Islam semakin kokoh, maka berdirilah masjid
sebagai bangunan pertama tempat ibadah umat Islam. Masjid tidak hanya dijadikan
sebagai pusat ibadah, namun juga digunakan sebagai pencetak generasi yang
militan dan ilmuan yang berakidah lurus, berakhlak mulia, dan berhati tulus,
yakni sebagai sarana menuntut ilmu.
Disebabkan oleh
adanya para sahabat yang ikut hijrah bersama Nabi Saw dan ingin terus beribadah
(zuhud terhadap dunia), mereka mendirikan rumah-rumah kecil di samping masjid
Nabawi, di sana juga terdapat kumpulan orang-orang sufi yang mendalami Islam.
Sehingga akhirnya tempat tersebut dinamakan Shuffah. Jadi, di zaman Nabi
sudah ada tiga pusat pendidikan kala itu yakni; kutab, masjid, dan Shuffah
(Ramayulis: 2012).
Khalifah Abu
Bakar yang Penuh Kelembutan dan Kasih Sayang
Pasca wafatnya Nabi Saw, tampuk
kepemimpinan beralih pada Abu Bakar al-Shiddiq. Dalam masa jabatan beliau
sebagai pemimpin umat, banyak hal di luar dugaan terjadi seperti; kaum murtad
(keluar dari agama Islam) merajalela, orang-orang Islam yang enggan membayar
zakat berlimpah ruah, dan nabi-nabi palsu bermunculan. Untuk mengatasi
permasalahan besar yang melanda umat Islam ini, maka Abu Bakar bermusyawarah
dengan segenap para sahabat untuk mencarikan solusinya.
Didapatlah sebuah
kesepakatan bahwa kiamat sughra (kecil) telah datang, untuk tetap
eksisnya Islam di bumi yang tercinta ini, maka semua prahara yang melanda umat
Islam tersebut harus dituntaskan. Maka dengan segenap kekuatan yang berhasil
dikumpulkan oleh Abu Bakar, berangkatlah beliau dengan pasukan pengibar bendera
Islam melawan para murtaddin, nabi-nabi palsu, dan orang-orang Islam
yang enggan membayar zakat.
Dalam hal ini
nampaklah pribadi Abu Bakar yang sesungguhnya yakni lembut ketika berhadapan
dengan umat Islam, namun keras jika berhadapan dengan orang kafir, jika sudah
Islam yang dilecehkan oleh pemeluknya maka Abu Bakar turun tangan untuk
menyelesaikan perkara ini. Selain usaha Abu Bakar dalam menstabilkan keamanan intern
(dalam) Islam sendiri, namun pada aspek lain Abu Bakar juga berfikiran future
(ke depan) melampaui zaman modern sekarang, yakni kekhawatirannya akan kondisi
umat Islam yang tidak memiliki pedoman yang pasti yakni al-Qur’an.
Dengan demikian, maka diadakanlah usaha pengumpulan
al-Qur’an yang berserakan di mana-mana, seperti; di pelepah kurma,
tulang-tulang unta, batu-batu, kulit-kulit hewan, daun-daun, dan sebagainya,
dengan maksud agar al-Qur’an kelak tetap terpelihara keaslian dan kemurniannya
sampai akhir zaman (Imam as-Suyuthi: 2012). Usaha ini memberikan pengaruh yang sangat
besar bagi ilmu pendidikan Islam masa sekarang ini, bisa kita bayangkan jika
usaha Abu Bakar ini tidak ada, ke mana kita (umat Islam) akan mencari dokumen
asli al-Qur’an tersebut, apakah akan bisa kita dapatkan mushaf yang ada seperti
sekarang ini, dan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sekarang,
apakah kita bisa menikmati al-Qur’an lewat alat elektronik seperti; televisi,
radio, komputer, handphone, gadget, laptop, dan sebagainya yang
ada hari ini, semua itu ada berkat jasa besar dari Abu Bakar yang dahulunya
beliau telah memikirkan hari ini sebelum kedatangannya.
Upaya Abu Bakar di atas dapat kita teladani bahwa keuletan,
ketekunan, kesungguhan, dan kecintaan pada Islam melebihi cinta pada keluarga,
harta, dan jiwa beliau sendiri. Sehingga dampaknya dapat sama-sama kita rasakan
sampai saat ini dan sampai akhir zaman tentunya, dan dokumen asli al-Qur’an ini
benar-benar dijaga oleh Allah Swt sebagai Sang Maha Pemelihara wahyu suci
tersebut.
Wafatnya Abu Bakar membuat sedih para sahabat dan kaum muslimin
yang ditinggalkan, sehingga orang yang paling pantas sebagai pengganti beliau
adalah Umar ibn Khattab. Pribadi Umar r.a sangatlah unik, beliau dikenal
sebelum dan sesudah Islam sebagai sosok yang pemberani, pembela kebenaran, dan
tidak takut pada siapapun. Sehingga suatu ketika Nabi Saw pernah berdo’a pada
Allah agar kelak Umar r.a mendapat hidayah untuk masuk Islam, dan dialah
pengawal pintu-pintu keamanan umat Islam nantinya.
Khalifah Umar
Sang Pemberani Garda Terdepan Umat Islam
Bagaimana
kondisi umat Islam pada zaman Umar r.a ini?. Jawabannya adalah sungguh jauh
dari kericuhan, kekacauan politik, prahara dan peperangan. Hal ini disebabkan
karena Khalifah Umar adalah pribadi yang disegani sekaligus ditakuti jika
melanggar perintahnya. Dalam hal ini Umar r.a sebagai pilar Islam, penegak
tauhid dan syari’at Islam di muka bumi. Selain itu, ekspansi (perluasan
wilayah) Islam sudah jauh ke luar jazirah Arab seperti; Persia dan Yunani. Umar
r.a dan pasukan Islam telah berdakwah ke sana dan mengajarkan pendidikan Islam
(al-Qur’an dan Hadis).
Apa pelajaran yang dapat kita ambil dari pribadi dan usaha Umar r.a
ini?, yakni; keberanian, ketegaran, optimisme, dan jiwa patriotisme yang tinggi
dalam menyebarkan keberkahan Islam ke seluruh penjuru dunia, agar dapat
sama-sama merasakan bahwa Islam itu nikmat, lurus, dan hidayah yang harus
dikejar dan dijemput oleh siapapun yang menginginkannya.
Majunya pendidikan Islam juga pada masa Umar r.a, yakni telah
dipilihnya kota-kota pendidikan sebagai sarana menuntut ilmu, seperti; Makkah
dan Madinah, karena di sini berkumpul para ulama yang menjadi guru bagi
murid-murid yang ingin mempelajari dan mendalami Islam (Mahmud Yunus: 1989).
Dalam hal ini Umar r.a sendiri termasuk guru bagi para sahabat lainnya dalam
mengajarkan al-Qur’an dan hadis Rasul Saw.
Jasa besar yang membuat Umar r.a dikenang sampai sekarang adalah
usulan beliau agar ditulis dan disusunnya al-Qur’an tersebut sesuai dengan masa
turunnya pada zaman Nabi Saw, sehingga dapat mempermudah umat Islam dalam
membaca, menghafal, dan mempelajari isi al-Qur’an nantinya. Meskipun awalnya
usulan Umar r.a ini ditolak semenjak hidupnya Abu Bakar, karena dikhawatirkan
bahawa perbuatan ini bid’ah (ibadah yang tertolak karena tidak ada
landasan dalam al-Qur’an dan hadis Nabi Saw), namun hal ini tetap dilaksanakan
pada masa umar r.a disebabkan pada peperangan Yamamah, banyaknya para Huffaz
(para penghafal al-Qur’an) yang mati syahid, dikhawatirkan al-Qur’an tersebut
akan lenyap seiring perginya ulama satu persatu (Syalabi: 1997) . Berkat jasa
besar Umar r.a inilah menjadi modal bagi Khalifah Usman nantinya dalam menyusun
mushaf al-Qur’an yang menjadi penyatu seluruh umat Muslim di seluruh dunia.
Khalifah Usman
yang dikenal dengan “mushaf usmani”
Wafatnya
Khalifah Umar, maka naiklah Usman r.a sebagai pengganti tampuk kepemimpinan
umat Islam. Adapun kondisi umat Islam masa Khalifah Usman sangat
memperihatinkan, sebab wafatnya sang panglima Islam yakni Umar membuat Islam
mulai goyah, karena tiang utama
penyangganya sudah roboh. Melihat fenomena ini, Usman r.a tetap tampil sebagai
penyelamat dan gradator terdepan memimpin umat Islam, prinsip beliau “apapun
yang menimpa umat Islam, sebelum umat Islam yang merasakan, akulah yang
terlebih dahulu merasakannya”. Sungguh mulia jiwa Usman r.a, semasa hidupnya
Rasul Saw, beliau sudah mengorbankan seluruh jiwa, raga, dan hartanya di jalan
Allah Swt.
Apa sumbangsih Khalifah Usman terhadap pendidikan Islam? yakni,
dengan adanya “mushaf usmani” yang kita kenal sekarang ini, pada zaman
beliaulah usaha besar tersebut dilakukan, sehingga dapat dinikmati manisnya dan
pragmatisnya membaca dan mempelajari al-Qur’an pada zaman sekarang ini. Di
manapun kita berada di muka bumi ini, al-Qur’an yang kita pakai sama dalam
sistematika penyusunan ayat dan surahnya, yang terdiri dari tiga puluh juz, dan
seratus empat belas surat.
Ali yang berada
di tengah-tengah huru-hara umat Islam
Pasca wafatnya
Khalifah Usman r.a membuat segenap umat Islam bersedih, karena sudah tiga orang
panglima Islam yang pergi meninggalkan jejak perjuangan Islam di bumi ini.
Untuk menstabilkan kondisi yang terguncang ini, maka umat Islam pada waktu itu
sepakat mengangkat Ali r.a sebagai Khalifah.
Awalnya Ali r.a menolak, karena melihat besarnya tanggungjawab yang
harus dibebaninya, yakni penjaminan kesejahteraan umat Islam sedunia. Tapi, apa
daya, amanah itu sudah diletakkah di atas pundaknya dengan paksa, mau tidak mau
dia harus tampil mengendalikan negara Islam ini. Bagaimana dengan kondisi
pemerintahan di zaman Ali?, jawabannya sangat merisaukan hati kaum muslimin,
karena peristiwa pembunuhan terhadap Khalifah Usman sebelumnya, membuat tuduhan
pada Khalifah Ali sebagai otak dari huru-hara tersebut dilancarkan, karena Ali
tidak senang pada kekhalifahan Usman r.a.
Sungguh fitnah terjadi di mana-man, pertumpahan darah kaum muslimin
pada zaman Ali mencapai puncaknya, hanya disebabkan perbedaan ideologi, umat
Islam sudah saling berperang dan bermusuhan, maka dapat dipastikan bahwa
kondisi umat Islam selanjutnya akan mengalami kemunduran dan kehancuran.
Makanya kondisi perkembangan pendidikan pada masa Ali r.a tidak berkembang
begitu pesat, disebabkan oleh faktor intern (dari dalam) pemerintahan
umat Islam sendiri.
Jasa besar yang berhasil dicatat sejarah bahwa pada masa Ali r.a adalah
harkat dan tanda baca dalam al-Qur’an ada semenjak masa Ali r.a, berkat jasa
beliaulah kita orang non Arab tetap bisa baca al-Qur’an meskipun tidak mengerti
ilmu nahwu dan sharaf dalam tata bahasa penulisan dan bacaan
huruf arab tersebut. Dengan mudah kita bisa membaca al-Qur’an dengan baik
ketika telah mempelajari huruf-huruf dari al-Qur’an tersebut. Semoga apa yang
telah diwariskan oleh para sahabat besar (Khalifah) kita terdahulu mendapat
balasan yang mulia dari sisi Allah Swt, Amin.
Ibrah dari kisah keempat Khalifah masa awal Islam
Dari keempat
khalifah di atas; Khalifah Abu Bakar
al-Shiddiq, Umar ibn Khattab, Usman ibn Affan, dan Ali ibn Thalib, apa ibrah
(pelajaran) yang bisa kita petik dari perjalan hidup keempat pahlawan Islam
tersebut?, jawabannya adalah sebagai berikut:
Ø Bekali diri dengan berbagai ilmu pengetahuan, sehingga dewasa kelak
kita dapat menuai dengan mudah apa yang sudah kita tanam di masa muda awal.
Ø Jangan tunda pekerjaan apapun sekalipun itu bisa kita lakukan esok
harinya, karena penundaan itu adalah salah satu tangga kegagalan.
Ø Tinggalkan kenangan yang indah dan jasa yang mulia semasa hidup di
dunia, sehingga kita dapat dikenang sepanjang masa meskipun hayat sudah dikandung
tanah.
Ø Ilmu jika dibagikan tidak akan pernah habis, yang ada sebaliknya
yaitu akan terus bertambah seiring bertambah banyaknya para pengamal ilmu
tersebut.
Ø Ingat bahwa hidup pasti akan mati, dan sebaik-baik bekal adalah
amal ibadah, selain dari pada itu, semuanya akan tinggal di dunia dan menjadi
milik orang lain.
Wallahu ‘alam bish shawwab,
semuanya berpulang ke rahmatullah, semoga kita dapat mengambil ibrah di
balik semua kejadian.
Kesimpulan
1. Rasul Saw
sebagai pencetak generasi Qur’ani yang dapat dilihat pada profil keempat
Khalifah di atas yakni; Khalifah Abu Bakar al-Shiddiq, Umar ibn Khattab, Usman
ibn Affan, dan Ali ibn Thalib.
2. Kondisi umat
Islam mengalami pasang-surut dalam setiap periode kekhalifahan yang empat
tersebut, dengan uraian berikut; masa Abu Bakar, umat Islam mulai goncang
karena wafatnya sang pembawa risalah keislaman yakni Nabi Saw, yang membuat
banyak di antara kaum muslimin yang berbalik ke belakang dan tidak siap untuk
tetap teguh memeluk agama Islam menjadi agama yang satu-satunya palig benar.
Ajaran pendidikan pada masa Abu Bakar ini adalah tetap teguh pendirian pada
ajaran Islam meskipun banyak orang yang menentang dan tidak bertahan.
3. Jasa pendidikan
pada masa Abu Bakar ini adalah mengumpulkan lembaran-lembaran, ataupun
ayat-ayat al-Qur’an yang berserakan di mana-mana, sehingga dokumen tersebut
menjadi sumber pokok pendidikan Islam yang pertama sampai saat sekarang ini.
4. Masa
kekhalifahan Umar ibn Khattab kondisi umat Islam sudah mulai stabil, disebabkan
oleh wibawa dan kharismatik Umar yang sangat disegani oleh seluruh kalangan,
sedikit saja melanggar peraturan Islam, bisa membuat perkara besar dengan Umar.
Untuk meghindari itu semua, banyak orang yang patuh saja suka ataupun tidak.
5. Jasa Umar r.a
untuk pendidikan yang tercatat dalam sejarah adalah disusunnya kembali
ayat-ayat al-Qur’an yang sudah digarap oleh Khalifah Abu Bakar, apa yang sudah
terkumpul pada masa Abu Bakar ditulis kembali dalam lembaran-lebaran pelepah
kurma dengan sistematika penulisan berdasarkan peristiwa turunnya wahyu
tersebut pada masa Nabi, sehingga mempermudah umat Islam kal itu dalam
mengumpulkan al-Qur’an dan tidak lagi pada benda-benda berat seperti batu.
6. Masa
kekhalifahan Usman, pada masa inilah puncak penyempurnaan penyusunan al-Qur’an
dalam satu mushaf yang dikenal dengan “mushaf usmani”, menjadi pemersatu bacaan
umat Islam sedunia yakni al-Qur’an usmani ini.
7. Masa Ali, tak
kalah lebih pentingnya lagi, yakni harkat dan tanda baca dalam setiap huruf
al-Qur’an ada, sehingga siapun orang baik fasih ataupun tidak mengenal sama
sekali dengan bahasa arab akan dengan mdah dapat mempelajari cara baca dan
tulis al-Qur’an ini.
8. Semua jasa
keempat Khalifah ini, adalah sumbangsih terbesar bagi umat Islam sampai akhir
zaman, dan dapat dijadikan ibrah (pelajaran) bagi siapapun dan pada
zaman apapun hidupnya.
Daftar Pustaka
Al-Mubarakfuri, Shafiyurrahman (pent: Kathur Suhardi), Sirah
Nabawiyah, Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2013
As-Suyuthi, Imam, (pent: Samson Rahaman), Tarikh Khulafa’
(Khulafaur Rasyidin, Bani Umayyah, Bani Abbasiyah), Jakarta: Pustaka
al-Kautsar, 2012
Hakim, Luqmanul, dkk, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah,
Padang: PPs IB Padang Press, 2013
Nata, Abuddin, Perspektif Islam tentang Strategi Pembelajaran,
Jakarta: Kencana, 2009
Ramayulis, Sejarah Pendidikan Islam (Napaktilas Perubahan
Konsep, Filsafat, dan Metodologi Pendidikan Islam dari Era Nabi Saw sampai
Ulama Nusantara), Jakarta: Kalam Mulia, 2012
Syalabi, A, Sejarah dan Kebudayaan Islam 1, Jakarta: PT.
al-Husna Zikra,1997
Yunus, Mahmud, Sejarah Penddikan Islam, Jakarta: Hidakarya
Agung, 1989
Tulisan
yang dimuat adalah sepenuhnya milik penulis risalah-online, bukan merupakan
pernyataan dari risalah-online
Extraordinary!!!!
ReplyDelete