Thursday 31 December 2015

Studi Kritis terhadap Pendidikan Klasik pada Masa Khulafah al-Rasyidin






Oleh: Dewi Sartika

Abstrak

Kepemimpinan umat Islam di masa awal-awal di kenal dengan istilah Khalifah. Khalifah berarti pengganti Nabi Saw sebagai pemegang kendali pemerintahan umat Islam, bukan sebagai Nabi ataupun Rasul, sebab Nabi Saw sendiri adalah Khatamun Nabiyyin (penutup dari sekalian Nabi). Ada empat Khalifah yang dikenal masa awal-awal Islam berjaya pasca wafatnya Rasul Saw yakni; Khalifah Abu Bakar al-Shiddiq, Usman ibn Affan, Umar ibn Khattab, dan Ali ibn Abi Thalib. Adapun keempat Khalifah inilah nantinya, letak maju-mundurnya umat Islam pasca wafatnya Rasul Saw.


Berkat lulusan pendidikan (akademi) Rasul Saw lewat kajian sistem halaqah (lingkaran) yang diadakan oleh Nabi Saw rutin tiap harinya, maka tempaan dan tuntutan ini menjadikan para sahabat tahan banting terhadap segala halangan dan rintangan yang dihadapi oleh umat Islam, mulai dari penyiksaan dari kaum kafir Quraisy, pemboikotan barang perdagangan yang menyebabkan kaum muslimin kelaparan, pengusiran dari tanah kelahiran, sampai pada pembunuhan dalam peperangan-peperangan yang dilancarkan oleh kaum kafir Quraisy.

Melihat segala penderitaan yang dialami oleh Rasul Saw dan para sahabat di atas, tidak akan mampu ditanggung oleh orang Islam manapun pada masa sekarang ini. Hal terpenting yang menjadi sumber kekuatan Nabi Saw dan para sahabat adalah cahaya Islam lewat al-Qur’an dan hadis (petunjuk dari Nabi Saw).
Key Words: Khalifah, halaqah, dan pendidikan

Pendahuluan

Pencetak generasi emas, pembawa keberkahan Islam ke seluruh penjuru dunia, dialah sang inspirator, orator, motivator, dan inovator, junjungan sekalian umat manusia yaitu Rasulullah Saw. Beliau tidak memiliki harta yang melimpah, onta yang megah, rumah yang wuah, namun, beliau memiliki isteri yang shalehah yakni ummahatul mukminin (ibunya orang-orang mukmin) yang pertama yakni Khadijah r.a. Sang Khadijahlah yang pertama menerima kerasulan beliau Rasul Saw, dan setia mendampingi beliau dengan segala jiwa, raga, harta, bahkan nyawapun dia korbankan demi mendukung risalah mulia yakni tegaknya tauhid Islam di permukaan bumi ini.

Semenjak awal-awal Islam datang, banyak tantangan dan hambatan yang dihadapi oleh Rasul Saw, seperti kebencian kaum kafir Quraisy, kebodohan kaum jahiliyah, penolakan dari paman beliau sendiri (Abu Thalib) untuk menerima Islam, dan masih banyak lagi hal-hal besar yang harus dilewati Rasul Saw sebagai utusan Allah  dan Khatamun al-Nabiyyin (penutup dari sekalian Nabi). Di balik segala kesedihan yang sering menimpa beliau tersebut, namun Allah Swt kirimkan seorang sahabat mulia yang berhati emas, bertutur kata selembut sutra, dan berjiwa bapak yang sangat menyayangi dan menghormati baliau sebagai seorang Rasul mulia, dialah Abu Bakar al-Shiddiq r.a.

Abu Bakar adalah orang pertama yang awal masuk Islam sehingga beliau termasuk assabiqunal awwalun (kelompok yang pertama masuk Islam), dan orang pertama membenarkan peristiwa Isra’ dan Mi’raj Rasul Saw, ketika seluruh umat meragukan kisah yang Rasul Saw sampaikan. Inilah sahabat sekaligus mertua Nabi Saw yang sampai akhir hayat (Nabi Saw) menemani Nabi Saw, dan mengikuti halaqah (kelompok) pengajian Nabi Saw, yang di dalamnya mengajarkan tentang agama (tauhid, Islam, ihsan, syari’at, akhlak, hadis, tafsir, dan sebagainya) dan ilmu keterampilan seperti (memanah, berkuda, berperang, dan seterusnya), yang mana semua itu menjadi modal bagi Abu Bakar dalam menjalankan risalah tauhid pasca wafatnya Rasul Saw.

Selain Abu Bakar, ada juga sahabat-sahabat mulia lainnya yang masing-masingnya memiliki kemuliaan dan keutamaan di sisi Nabi Saw, yakni; Umar ibn al-Khattab, Usman Ibn Affan, dan Ali ibn Thalib. Dari empat Khalifah yang gagah berani inilah lahir generasi Islam yang kuat, baik dari segi ekonomi, pertahanan, peradaban, dan keilmuannya.

Awalnya Nabi Saw mengajarkan Islam pada para sahabat di Kutab, yaitu tempat-tempat yang dapat digunakan sebagai sarana menuntut ilmu dengan sistem halaqah  (lingkaran), seperti; di bawah pohon kurma, tenda-tenda, rumah sahabat, dan sebagainya, dengan bimbingan dari Rasul Saw sendiri sebagai gurunya. Setelah Islam semakin kokoh, maka berdirilah masjid sebagai bangunan pertama tempat ibadah umat Islam. Masjid tidak hanya dijadikan sebagai pusat ibadah, namun juga digunakan sebagai pencetak generasi yang militan dan ilmuan yang berakidah lurus, berakhlak mulia, dan berhati tulus, yakni sebagai sarana menuntut ilmu.

Disebabkan oleh adanya para sahabat yang ikut hijrah bersama Nabi Saw dan ingin terus beribadah (zuhud terhadap dunia), mereka mendirikan rumah-rumah kecil di samping masjid Nabawi, di sana juga terdapat kumpulan orang-orang sufi yang mendalami Islam. Sehingga akhirnya tempat tersebut dinamakan Shuffah. Jadi, di zaman Nabi sudah ada tiga pusat pendidikan kala itu yakni; kutab, masjid, dan Shuffah (Ramayulis: 2012).

Khalifah Abu Bakar yang Penuh Kelembutan dan Kasih Sayang

Pasca wafatnya Nabi Saw, tampuk kepemimpinan beralih pada Abu Bakar al-Shiddiq. Dalam masa jabatan beliau sebagai pemimpin umat, banyak hal di luar dugaan terjadi seperti; kaum murtad (keluar dari agama Islam) merajalela, orang-orang Islam yang enggan membayar zakat berlimpah ruah, dan nabi-nabi palsu bermunculan. Untuk mengatasi permasalahan besar yang melanda umat Islam ini, maka Abu Bakar bermusyawarah dengan segenap para sahabat untuk mencarikan solusinya.

Didapatlah sebuah kesepakatan bahwa kiamat sughra (kecil) telah datang, untuk tetap eksisnya Islam di bumi yang tercinta ini, maka semua prahara yang melanda umat Islam tersebut harus dituntaskan. Maka dengan segenap kekuatan yang berhasil dikumpulkan oleh Abu Bakar, berangkatlah beliau dengan pasukan pengibar bendera Islam melawan para murtaddin, nabi-nabi palsu, dan orang-orang Islam yang enggan membayar zakat.

Dalam hal ini nampaklah pribadi Abu Bakar yang sesungguhnya yakni lembut ketika berhadapan dengan umat Islam, namun keras jika berhadapan dengan orang kafir, jika sudah Islam yang dilecehkan oleh pemeluknya maka Abu Bakar turun tangan untuk menyelesaikan perkara ini. Selain usaha Abu Bakar dalam menstabilkan keamanan intern (dalam) Islam sendiri, namun pada aspek lain Abu Bakar juga berfikiran future (ke depan) melampaui zaman modern sekarang, yakni kekhawatirannya akan kondisi umat Islam yang tidak memiliki pedoman yang pasti yakni al-Qur’an.

Dengan demikian, maka diadakanlah usaha pengumpulan al-Qur’an yang berserakan di mana-mana, seperti; di pelepah kurma, tulang-tulang unta, batu-batu, kulit-kulit hewan, daun-daun, dan sebagainya, dengan maksud agar al-Qur’an kelak tetap terpelihara keaslian dan kemurniannya sampai akhir zaman (Imam as-Suyuthi: 2012). Usaha ini memberikan pengaruh yang sangat besar bagi ilmu pendidikan Islam masa sekarang ini, bisa kita bayangkan jika usaha Abu Bakar ini tidak ada, ke mana kita (umat Islam) akan mencari dokumen asli al-Qur’an tersebut, apakah akan bisa kita dapatkan mushaf yang ada seperti sekarang ini, dan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sekarang, apakah kita bisa menikmati al-Qur’an lewat alat elektronik seperti; televisi, radio, komputer, handphone, gadget, laptop, dan sebagainya yang ada hari ini, semua itu ada berkat jasa besar dari Abu Bakar yang dahulunya beliau telah memikirkan hari ini sebelum kedatangannya.

Upaya Abu Bakar di atas dapat kita teladani bahwa keuletan, ketekunan, kesungguhan, dan kecintaan pada Islam melebihi cinta pada keluarga, harta, dan jiwa beliau sendiri. Sehingga dampaknya dapat sama-sama kita rasakan sampai saat ini dan sampai akhir zaman tentunya, dan dokumen asli al-Qur’an ini benar-benar dijaga oleh Allah Swt sebagai Sang Maha Pemelihara wahyu suci tersebut.
Wafatnya Abu Bakar membuat sedih para sahabat dan kaum muslimin yang ditinggalkan, sehingga orang yang paling pantas sebagai pengganti beliau adalah Umar ibn Khattab. Pribadi Umar r.a sangatlah unik, beliau dikenal sebelum dan sesudah Islam sebagai sosok yang pemberani, pembela kebenaran, dan tidak takut pada siapapun. Sehingga suatu ketika Nabi Saw pernah berdo’a pada Allah agar kelak Umar r.a mendapat hidayah untuk masuk Islam, dan dialah pengawal pintu-pintu keamanan umat Islam nantinya.

Khalifah Umar Sang Pemberani Garda Terdepan Umat Islam

Bagaimana kondisi umat Islam pada zaman Umar r.a ini?. Jawabannya adalah sungguh jauh dari kericuhan, kekacauan politik, prahara dan peperangan. Hal ini disebabkan karena Khalifah Umar adalah pribadi yang disegani sekaligus ditakuti jika melanggar perintahnya. Dalam hal ini Umar r.a sebagai pilar Islam, penegak tauhid dan syari’at Islam di muka bumi. Selain itu, ekspansi (perluasan wilayah) Islam sudah jauh ke luar jazirah Arab seperti; Persia dan Yunani. Umar r.a dan pasukan Islam telah berdakwah ke sana dan mengajarkan pendidikan Islam (al-Qur’an dan Hadis).

Apa pelajaran yang dapat kita ambil dari pribadi dan usaha Umar r.a ini?, yakni; keberanian, ketegaran, optimisme, dan jiwa patriotisme yang tinggi dalam menyebarkan keberkahan Islam ke seluruh penjuru dunia, agar dapat sama-sama merasakan bahwa Islam itu nikmat, lurus, dan hidayah yang harus dikejar dan dijemput oleh siapapun yang menginginkannya.

Majunya pendidikan Islam juga pada masa Umar r.a, yakni telah dipilihnya kota-kota pendidikan sebagai sarana menuntut ilmu, seperti; Makkah dan Madinah, karena di sini berkumpul para ulama yang menjadi guru bagi murid-murid yang ingin mempelajari dan mendalami Islam (Mahmud Yunus: 1989). Dalam hal ini Umar r.a sendiri termasuk guru bagi para sahabat lainnya dalam mengajarkan al-Qur’an dan hadis Rasul Saw.

Jasa besar yang membuat Umar r.a dikenang sampai sekarang adalah usulan beliau agar ditulis dan disusunnya al-Qur’an tersebut sesuai dengan masa turunnya pada zaman Nabi Saw, sehingga dapat mempermudah umat Islam dalam membaca, menghafal, dan mempelajari isi al-Qur’an nantinya. Meskipun awalnya usulan Umar r.a ini ditolak semenjak hidupnya Abu Bakar, karena dikhawatirkan bahawa perbuatan ini bid’ah (ibadah yang tertolak karena tidak ada landasan dalam al-Qur’an dan hadis Nabi Saw), namun hal ini tetap dilaksanakan pada masa umar r.a disebabkan pada peperangan Yamamah, banyaknya para Huffaz (para penghafal al-Qur’an) yang mati syahid, dikhawatirkan al-Qur’an tersebut akan lenyap seiring perginya ulama satu persatu (Syalabi: 1997) . Berkat jasa besar Umar r.a inilah menjadi modal bagi Khalifah Usman nantinya dalam menyusun mushaf al-Qur’an yang menjadi penyatu seluruh umat Muslim di seluruh dunia.

Khalifah Usman yang dikenal dengan “mushaf usmani”

Wafatnya Khalifah Umar, maka naiklah Usman r.a sebagai pengganti tampuk kepemimpinan umat Islam. Adapun kondisi umat Islam masa Khalifah Usman sangat memperihatinkan, sebab wafatnya sang panglima Islam yakni Umar membuat Islam mulai goyah, karena  tiang utama penyangganya sudah roboh. Melihat fenomena ini, Usman r.a tetap tampil sebagai penyelamat dan gradator terdepan memimpin umat Islam, prinsip beliau “apapun yang menimpa umat Islam, sebelum umat Islam yang merasakan, akulah yang terlebih dahulu merasakannya”. Sungguh mulia jiwa Usman r.a, semasa hidupnya Rasul Saw, beliau sudah mengorbankan seluruh jiwa, raga, dan hartanya di jalan Allah Swt.
Apa sumbangsih Khalifah Usman terhadap pendidikan Islam? yakni, dengan adanya “mushaf usmani” yang kita kenal sekarang ini, pada zaman beliaulah usaha besar tersebut dilakukan, sehingga dapat dinikmati manisnya dan pragmatisnya membaca dan mempelajari al-Qur’an pada zaman sekarang ini. Di manapun kita berada di muka bumi ini, al-Qur’an yang kita pakai sama dalam sistematika penyusunan ayat dan surahnya, yang terdiri dari tiga puluh juz, dan seratus empat belas surat.

Ali yang berada di tengah-tengah huru-hara umat Islam

Pasca wafatnya Khalifah Usman r.a membuat segenap umat Islam bersedih, karena sudah tiga orang panglima Islam yang pergi meninggalkan jejak perjuangan Islam di bumi ini. Untuk menstabilkan kondisi yang terguncang ini, maka umat Islam pada waktu itu sepakat mengangkat Ali r.a sebagai Khalifah.

Awalnya Ali r.a menolak, karena melihat besarnya tanggungjawab yang harus dibebaninya, yakni penjaminan kesejahteraan umat Islam sedunia. Tapi, apa daya, amanah itu sudah diletakkah di atas pundaknya dengan paksa, mau tidak mau dia harus tampil mengendalikan negara Islam ini. Bagaimana dengan kondisi pemerintahan di zaman Ali?, jawabannya sangat merisaukan hati kaum muslimin, karena peristiwa pembunuhan terhadap Khalifah Usman sebelumnya, membuat tuduhan pada Khalifah Ali sebagai otak dari huru-hara tersebut dilancarkan, karena Ali tidak senang pada kekhalifahan Usman r.a.

Sungguh fitnah terjadi di mana-man, pertumpahan darah kaum muslimin pada zaman Ali mencapai puncaknya, hanya disebabkan perbedaan ideologi, umat Islam sudah saling berperang dan bermusuhan, maka dapat dipastikan bahwa kondisi umat Islam selanjutnya akan mengalami kemunduran dan kehancuran. Makanya kondisi perkembangan pendidikan pada masa Ali r.a tidak berkembang begitu pesat, disebabkan oleh faktor intern (dari dalam) pemerintahan umat Islam sendiri.

Jasa besar yang berhasil dicatat sejarah bahwa pada masa Ali r.a adalah harkat dan tanda baca dalam al-Qur’an ada semenjak masa Ali r.a, berkat jasa beliaulah kita orang non Arab tetap bisa baca al-Qur’an meskipun tidak mengerti ilmu nahwu dan sharaf dalam tata bahasa penulisan dan bacaan huruf arab tersebut. Dengan mudah kita bisa membaca al-Qur’an dengan baik ketika telah mempelajari huruf-huruf dari al-Qur’an tersebut. Semoga apa yang telah diwariskan oleh para sahabat besar (Khalifah) kita terdahulu mendapat balasan yang mulia dari sisi Allah Swt, Amin.

Ibrah dari kisah keempat Khalifah masa awal Islam
Dari keempat khalifah  di atas; Khalifah Abu Bakar al-Shiddiq, Umar ibn Khattab, Usman ibn Affan, dan Ali ibn Thalib, apa ibrah (pelajaran) yang bisa kita petik dari perjalan hidup keempat pahlawan Islam tersebut?, jawabannya adalah sebagai berikut:

Ø    Bekali diri dengan berbagai ilmu pengetahuan, sehingga dewasa kelak kita dapat menuai dengan mudah apa yang sudah kita tanam di masa muda awal.

Ø    Jangan tunda pekerjaan apapun sekalipun itu bisa kita lakukan esok harinya, karena penundaan itu adalah salah satu tangga kegagalan.

Ø    Tinggalkan kenangan yang indah dan jasa yang mulia semasa hidup di dunia, sehingga kita dapat dikenang sepanjang masa meskipun hayat sudah dikandung tanah.

Ø    Ilmu jika dibagikan tidak akan pernah habis, yang ada sebaliknya yaitu akan terus bertambah seiring bertambah banyaknya para pengamal ilmu tersebut.

Ø    Ingat bahwa hidup pasti akan mati, dan sebaik-baik bekal adalah amal ibadah, selain dari pada itu, semuanya akan tinggal di dunia dan menjadi milik orang lain.

Wallahu ‘alam bish shawwab, semuanya berpulang ke rahmatullah, semoga kita dapat mengambil ibrah di balik semua kejadian.

Kesimpulan

1. Rasul Saw sebagai pencetak generasi Qur’ani yang dapat dilihat pada profil keempat Khalifah di atas yakni; Khalifah Abu Bakar al-Shiddiq, Umar ibn Khattab, Usman ibn Affan, dan Ali ibn Thalib.

2. Kondisi umat Islam mengalami pasang-surut dalam setiap periode kekhalifahan yang empat tersebut, dengan uraian berikut; masa Abu Bakar, umat Islam mulai goncang karena wafatnya sang pembawa risalah keislaman yakni Nabi Saw, yang membuat banyak di antara kaum muslimin yang berbalik ke belakang dan tidak siap untuk tetap teguh memeluk agama Islam menjadi agama yang satu-satunya palig benar. Ajaran pendidikan pada masa Abu Bakar ini adalah tetap teguh pendirian pada ajaran Islam meskipun banyak orang yang menentang dan tidak bertahan.

3. Jasa pendidikan pada masa Abu Bakar ini adalah mengumpulkan lembaran-lembaran, ataupun ayat-ayat al-Qur’an yang berserakan di mana-mana, sehingga dokumen tersebut menjadi sumber pokok pendidikan Islam yang pertama sampai saat sekarang ini.

4. Masa kekhalifahan Umar ibn Khattab kondisi umat Islam sudah mulai stabil, disebabkan oleh wibawa dan kharismatik Umar yang sangat disegani oleh seluruh kalangan, sedikit saja melanggar peraturan Islam, bisa membuat perkara besar dengan Umar. Untuk meghindari itu semua, banyak orang yang patuh saja suka ataupun tidak.

5. Jasa Umar r.a untuk pendidikan yang tercatat dalam sejarah adalah disusunnya kembali ayat-ayat al-Qur’an yang sudah digarap oleh Khalifah Abu Bakar, apa yang sudah terkumpul pada masa Abu Bakar ditulis kembali dalam lembaran-lebaran pelepah kurma dengan sistematika penulisan berdasarkan peristiwa turunnya wahyu tersebut pada masa Nabi, sehingga mempermudah umat Islam kal itu dalam mengumpulkan al-Qur’an dan tidak lagi pada benda-benda berat seperti batu.

6. Masa kekhalifahan Usman, pada masa inilah puncak penyempurnaan penyusunan al-Qur’an dalam satu mushaf yang dikenal dengan “mushaf usmani”, menjadi pemersatu bacaan umat Islam sedunia yakni al-Qur’an usmani ini.

7. Masa Ali, tak kalah lebih pentingnya lagi, yakni harkat dan tanda baca dalam setiap huruf al-Qur’an ada, sehingga siapun orang baik fasih ataupun tidak mengenal sama sekali dengan bahasa arab akan dengan mdah dapat mempelajari cara baca dan tulis al-Qur’an ini.

8. Semua jasa keempat Khalifah ini, adalah sumbangsih terbesar bagi umat Islam sampai akhir zaman, dan dapat dijadikan ibrah (pelajaran) bagi siapapun dan pada zaman apapun hidupnya.

Daftar Pustaka

Al-Mubarakfuri, Shafiyurrahman (pent: Kathur Suhardi), Sirah Nabawiyah, Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2013

As-Suyuthi, Imam, (pent: Samson Rahaman), Tarikh Khulafa’ (Khulafaur Rasyidin, Bani Umayyah, Bani Abbasiyah), Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2012

Hakim, Luqmanul, dkk, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah, Padang: PPs IB Padang Press, 2013

Nata, Abuddin, Perspektif Islam tentang Strategi Pembelajaran, Jakarta: Kencana, 2009

Ramayulis, Sejarah Pendidikan Islam (Napaktilas Perubahan Konsep, Filsafat, dan Metodologi Pendidikan Islam dari Era Nabi Saw sampai Ulama Nusantara), Jakarta: Kalam Mulia, 2012

Syalabi, A, Sejarah dan Kebudayaan Islam 1, Jakarta: PT. al-Husna Zikra,1997

Yunus, Mahmud, Sejarah Penddikan Islam, Jakarta: Hidakarya Agung, 1989


 Image Source            

 Tulisan yang dimuat adalah sepenuhnya milik penulis  risalah-online, bukan merupakan pernyataan dari risalah-online

1 comment: